Cegah Keracunan Massal: Guru Diminta Cicipi Makanan MBG Sebelum Dibagikan
Sleman, Agustus 2025 – Nasib guru di Indonesia kembali menjadi sorotan. Setelah kasus keracunan massal akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG), kini muncul kebijakan baru dari pemerintah daerah: guru diwajibkan mencicipi makanan terlebih dahulu sebelum dibagikan kepada murid.
Langkah ini memang dimaksudkan sebagai “tameng pertama” untuk mencegah tragedi keracunan terulang. Namun, publik menilai kebijakan tersebut justru semakin menambah beban guru yang selama ini sudah dijejali tanggung jawab di luar tugas inti mereka sebagai pendidik.
Guru Dijadikan Perisai
Dalam rapat koordinasi, Pemkab Sleman menegaskan bahwa setiap menu MBG harus diperiksa, bahkan dicicipi, oleh guru sebelum sampai ke tangan murid. Seakan-akan guru adalah pagar hidup, mereka dituntut rela menanggung risiko demi memastikan makanan yang dikonsumsi siswa aman.
“Guru bukanlah ahli gizi, bukan juga petugas laboratorium. Tapi kini mereka diposisikan seperti perisai manusia,” ungkap seorang pemerhati pendidikan di Yogyakarta.
Instruksi tersebut bahkan menyertakan porsi tambahan khusus bagi guru, bukan untuk kenyamanan mereka, melainkan untuk dijadikan “uji rasa” sebelum ratusan anak menyantapnya.
Beban yang Tak Pernah Usai
Sebelum kebijakan ini, guru sudah akrab dengan tumpukan administrasi, laporan, hingga tugas di luar kelas. Kini, mereka harus pula mengorbankan kesehatan demi keamanan siswa.
Padahal, dalam kasus keracunan di Sleman pekan lalu, sejumlah guru juga ikut merasakan gejala usai mencicipi makanan. Alih-alih dilindungi, mereka justru kembali ditempatkan di garis terdepan untuk menghadapi risiko yang sama.
“Bukankah tugas guru mendidik, bukan menjadi kelinci percobaan? Apakah keselamatan mereka tidak dihitung?” tanya seorang warganet dengan nada getir.
Warganet: “Profesi Paling Dizalimi”
Gelombang kritik pun membanjiri media sosial. Banyak yang menyebut guru kini semakin diperlakukan sebagai profesi paling terzalimi.
Komentar-komentar pedas bermunculan:
-
“Sudah dibebani administrasi, kini disuruh makan makanan yang belum jelas aman atau tidak. Guru jadi korban lagi.”
-
“Kalau mau aman, kenapa tidak ada tim khusus penguji makanan? Kenapa guru yang dikorbankan?”
-
“Mereka manusia, bukan tameng!”
Reaksi publik ini menunjukkan kekecewaan mendalam: bahwa profesi mulia yang seharusnya dihormati, malah terus-menerus ditempatkan pada posisi terlemah.
Antara Pengabdian dan Pengorbanan
Kebijakan ini memang diniatkan untuk melindungi anak-anak. Namun, dengan menjadikan guru sebagai penjaga rasa sekaligus penanggung risiko pertama, pemerintah seolah lupa bahwa
guru pun memiliki hak atas perlindungan, kesehatan, dan penghargaan.Di satu sisi, mereka adalah pendidik generasi bangsa. Tapi di sisi lain, mereka kini dipaksa menerima peran baru: penguji racun yang bisa saja merenggut nyawa.
Jika kebijakan ini terus berjalan tanpa evaluasi, maka semakin nyata bahwa profesi guru bukan sekadar pendidik, tetapi juga profesi paling terzalimi di negeri ini.

Posting Komentar untuk "Cegah Keracunan Massal: Guru Diminta Cicipi Makanan MBG Sebelum Dibagikan"